-->

Saturday, October 31, 2009

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KONSEP OPERASI HITUNG PERKALIAN MELALUI MODEL PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE TGT DI KELAS IV SDN TAMBAK SIRANG BARU

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu sistem berakar atau bersumber pada filsafat hidup. Dalam filsafat hidup inilah tercermin nilai-nilai yang dianut dan gambaran manusai yang dicita-citakan, yang kemudian akan menjadi dasar dan tujuan pendidikan. Selain itu pendidikan hanya akan berarti dan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara keseluruhan, peningkatan kulaita pendidikan merupakan kebijaksanaan dan program yang harus dilaksanakan secara optimal.
Sumber Daya Manusia (SDM) yang diharapkan sebagai penggerak dan motivator pembangunan nasional tidak terlepas dari bagaimana pendidikan menghasilkan tenaga terampil dalam bidang masing-masing. Dengan kata lain pendidikan perlu menghasilkan lulusan yang berkualitas. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan masyarakat.
Di dalam Undang-undang sistem pendidikan Nasional No 20 Tahun2003 tentang “ Sistem Pendidikan Nasional “ menyatakan, “ Pendidikan diselenggarakan dengan memberikan keteladan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran”.
Berbicara masalah pendidikan cakupannya cukup luas, untuk mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas diperlukan manajemen pendidikan yang dapat memobilisasi segala sumber daya pendidikan khususnya peserta didik.
Dalam Proses Belajar Mengajar, salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah adalah matematika. Matematika merupakan ilmu yang bersifat universal yang mendasari perkembangan teknologi modern. Artinya, matematika mempunyai peranan yang sangat penting dalam berbagai disiplin ilmu serta memajukan daya pikir manusia. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan yang pesat di bidang teknologi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang bilangan, aljabar, analisis, teori peluang. Untuk dapat menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak usia dini. Sehiggga berangkat pada persepsi tersebut mata pelajaran matematika diberikan kepada semua peserta didik sejak dari Sekolah Dasar (SD) untuk membekali siswa agar mempunyai kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, serta memiliki kemampuan bekerjasama. Jadi diharapkan dalam proses belajar mengajar, keaktifan siswa dapat ditingkatkan lagi sehingga hasil belajarnya pun meningkat.
Pada saat ini antusias siswa untuk belajar mata pelajaran matematika masih rendah, selain itu kurang terampilnya guru dalam merngembangkan pembelajaran sangat berpengaruh, fokus pembelajaran hanya terpusat pada guru ( Teacher centered ) dan kurangnya keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika adalah faktor penyampaian materi atau metode pembelajaran matematika pada saat proses belajar mengajar belum dapat membuat siswa aktif dalam pembelajaran serta tidak menarik dan memotivasi siswa untuk belajar. Selain itu juga faktor-faktor yang mempengaruhi belajar matematika adalah faktor guru yang belum cukup terampil dalam pemilihan dan penerapan pendekatan, strategi, model pembelajaran yang cocok dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dalam proses belajar mengajar bersifat pasif serta faktor lingkungan yang kurang kondusif.
Pada pembelajaran Matematika yang dilaksanakan di kelas IV SDN Tambak Sirang Baru pada semester genap pada tahun ajaran 2008 / 2009 memperoleh nilai rata-rata 5,10. Secara kualitas hasil ini belum memuaskan karena nilai yang telah ditetapkan kurikulum mengenai ketuntasan belajar yaitu : 7,00. Secara individu masih banyak ditemui siswa yang belu menguasai konsep yang diajarkan.
Hal demikian perlu diperhatikan, karena apabila dibiarkan berlarut-larut akan berakibat terhadap hasil belajar siswa khususnya dalam konsep operasi hitung perkalian akan menurun sehingga prestasi belajarnya pun ikut menurun. Jika hasil belajar menurun maka akan berpengaruh terhadap mutu pendidikan di SDN Tambak Sirang Baru I Kec. Gambut Kabupaten Banjar.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbaikan hasil belajar matematika pada konsep operasi hitung perkalian di Kelas IV SDN Tambak Sirang Baru Kec. Gambut dengan menggunakan salah satu pendekatan yaitu pendekatan kooperatif tipe TGT dengan harapan dapat meningkatkan motivasi belajar dan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.



B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dalam penelitian ini masalah dapat dirumuskan sebagai berikut : “ Apakah dengan penggunaan pendekatan kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep Operasi Hitung Perkalian di Kelas VI SDN Tambak Sirang Baru I Kecamatan Gambut? “.

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan pada permasalahan diatas, maka tujuan penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah meningkatkan hasil belajar terhadap konsep Operasi Hitung Perkalian Campuran di Kelas VI SDN Tambak Sirang Baru I Kecamatan Gambut dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe TGT sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Manfaat Teoritis
Penelitian secara teoritis dapat bermanfaat sebagai kajian mata pelajaran Matematika dalam meningkatkan pemahaman dan penguasaan konsep operasi hitung perkalian melalui pendekatan kooperatif tipe TGT sehingga menambah wawasan tentang strategi dan pendekatan pembelajaran yang cocok untuk pelajaran tersebut.


2. Manfaat Praktis
a Bagi siswa, dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa sehingga siswa tidak merasa bosan belajar matematika dan meningkatkan hasil belajar siswa
b Bagi Guru, sebagai bahan masukan untuk perbaikan peningkatan proses belajar mengajar sehingga proses belajar mengajar lebih efektif dan bermakna
c Bagi sekolah, hasil penelitian ini akan memberikan masukan yang baik pada sekolah itu sendiri dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar siswa guna peningkatan hasil belajar siswa dan mutu pendidikan di Sekolah tersebut.

II. KAJIAN PUSTAKA
A. Proses Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar adalah kondisi yang dengan sengaja yang diciptakan guna membelajarkan anak didik. Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar. Dalam proses belajar mengajar, anak didik sebagai subjek dan sebagai objek dari proses belajar mengajar. Karena itu inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan.
Sebagai landasan penguraian apa yang dimaksud dengan belajar, akan dikemukakan beberapa definisi yaitu, Belajar adalah suatu yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata “ Belajar” merupakan kata yang tidak asing. Bahkan semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Kegiatan belajar mengajar mereka lakukan, setiap waktu sesuai dengan keinginan. Entah malamhari, siang hari, sore hari, atau pagi hari.
Menurut Gagne, belajar merupakan kegiatan yang komplek. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari 1) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan 2)proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar. (Dimyati dan Mudjiono, 2006 : 10)
Menurut Skinner bahwa “ belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.
Sedangkan piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut terjadi perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.
Sedangkan menurut Nana Sudjana, mengajar merupakan hakikatnya dalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi, lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan/bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar. ( dalam Djamarah dkk, 2006:39)

B. Pembelajaran Matematika di SD
Matematika adalah ilmu yang berkembang sejak ribuan tahun lalu dan masih tumbuh subur hingga kini. Tidak mungkin bisa semuanya diajarkan kepada siswa di sekolah. Jadi, seharusnya bukan materi yang kita kejar, tetapi tujuannya. Penting untuk diingat oleh penyusun kurikulum matematika, juga guru di lapangan, agar materi tidak terlalu padat, sehingga siswa punya waktu cukup untuk mengendapkan apa yang telah diperoleh dan mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal.
Pada dasarnya, matematika adalah pemecahan masalah karena itu, matematika sebaik -nya diajarkan melalui berbagai masalah yang ada disekitar siswa dengan memperhatikan usia dan pengalaman yang mungkin dimiliki siswa. Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya yang sudah diterima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas.
Keberhasilan proses belajar matematika tidak terlepas dari persiapan peserta didik dan tenaga pendidik di bidangnya dan bagi peserta didik yang sudah mempunyai minat untuk belajar matematika akan merasa senang dan penuh perhatian mengikuti pelajaran tersebut, oleh karena itu para pendidik harus berupaya untuk mengembangkan minat dan kesiapan anak didiknya. (Lisnawaty, 1993 : 64-65).
Secara rinci matematika SD dikelompokkan ke dalam 3 (tiga)aspek matematika, yaitu bilangan, geometri/pengukuran, dan statiska
E. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournaments (TGT)
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok - kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing - masing.
Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama - sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.
Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik. Dalam permainan akademik siswa akan dibagi dalam meja - meja turnamen, dimana setiap meja turnamen terdiri dari 5 sampai 6 orang yang merupakan wakil dari kelompoknya masing - masing. Dalam setiap meja permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Siswa dikelompokkan dalam satu meja turnamen secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya dalam satu meja turnamen kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara.
Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat pre-test. Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik dicatat pada lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor - skor yang diperoleh anggota suatu kelompok, kemudian dibagi banyaknya anggota kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan tim berupa sertifikat dengan mencantumkan predikat tertentu.

Advertiser