-->

Thursday, December 17, 2015

Kesenian Lais dari Garut

Kesenian Lais dari Garut, Kesenian Lais adalah sebuah kesenian pertunjukan akrobatik dalam seutas tali sepanjang 6 meter yang dibentangkan dan dikaitkan di antara dua buah bambu dengan ketinggian 10 sampai 13 meter untuk di panjat dan melakukan aksi yang spetakuler.  Kesenian ini sudah ada sejak jaman Belanda serta cukup populer di Garut, namun sayang kesenian lais mulai jarang dimainkan dan nyaris punah.
 Kesenian Lais 
Kesenian Lain berasal dari Kampung Nangka Pait, Kecamatan Sukawening Kabupaten Garut. Kesenian Lais pada awalnya diambil dari nama seorang laki-laki yang sangat terampil dalam memanjat pohon kelapa. Pak Laisan yang sehari-hari dipanggil Pak Lais adalah seorang yang sangat terampil memanjat dan memetik kelapa, bahkan jika pohon kelapa yang diambil berdekatan, Pak Laisan atau Pak Lais ini tidak turun terlebih dahulu ketanah untuk berpindah pohon, melainkan langsung melompat dari dahan / pelepah kelapa yang berdekatan.
 
Atas inisiatif beberapa tokoh masyarakat, ketangkasan Pa Lais kemudian dimodifikasi dalam bentuk lain dan ditampilkan dalam berbagai acara hiburan. Sebagai pengganti pohon kelapa, dipancangkanlah dua batang bambu setinggi ± 12 – 13 meter, dengan jarak renggang sekitar 6 meter. Pada ujung kedua batang bambu tadi, dipasang tali atau tambang besar untuk Pak Lais mempertontonkan ketangkasannya.

Kesenian Lais dari garut
Adapun pertunjukan / atraksi kesenian lais ini dilakukan oleh seorang pemain lais yang mula-mula memanjat bambu yang berdiri dengan ketinggian hingga 13 meter. Setelah diatas, pemain lais melakukan atraksi antara lain membelah kelapa muda dengan menggunakan golok dengan hanya bertumpu pada lutut, kemudian meminumnya dengan posisi duduk leha-leha di tali tanpa sabuk pengaman. Selanjutnya pemain lais juga melakukan atraksi akrobat dengan menari-nari diatas tali dengan tanpa pengaman. Pada saat pertunjukan lais tersebut selalu diiringi dengan musik yang dimainkan oleh pemain musik. Adapun alat musik tradisional yang dimainkan adalah alat musik tradisional dari Jawa Barat diantaranya dogdog, kendang, kempul dan terompet. Untuk lebih menyemarakan acara, kesenian lais ini juga menampilkan seorang pemain yang bertugas untuk melakukan dialog-dialog lucu dengan pemain lain yang sedang melakukan akrobatik diatas bambu.
Kesenian lais ini banyak dipertunjukan pada acara-acara hiburan antara lain pada saat acara khitanan. Bahkan pada masa kejayaannya kesenian lais ini tidak hanya dimainkan di Garut, masyarakat  di kota lain juga banyak mengundang kesenian lais ini. Bahkan kesenian ini juga sudah terkenal diluar Jawa Barat seperti Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatera.
Lais merupakan bukan satu-satunya kesenian Garut yang mengadopsi dari seni bagian Reyog, yang lainnya seperti Surak Ibra dari senggak dan baru-baru ini Barong Domba Garut yang biasa disebut Badogar.
Meskipun Lais mengadopsi dari Kucingan reyog, terdapat persamaan dan perbedaan diantara kedua pertunjukan tersebut mengingat Pemain Lais belum mampu menguasai pertunjukan seperi pada pemain Reyog, seperti :
  1. Sama-sama menggunakan Bambu
  2. Melakukan akrobatik pada tali
  3. Saat turun dari bambu, kepala berada di bawah sedangkan kaki di atas.
  4. Di Iringi musik Gamelan dan Terompet Tradisional
Sedangkan Perbedannya pada :
  1. Di Lais menggunakan bambu dengan panjang 10-13 Meter, di Kucingan lebih Tinggi lagi mencapai 15-18 Meter.
  2. Di Lais tidak harus menggunakan tali Tambang berwarna putih asalkan kuat menompang badan, Di Kucingan tetap menggunakan Tali Tambang Besar.
  3. Di Lais mengikatkan Tali pada ujung Bambu, Di Kucingan pengikatan tali diberi selisih 1 Meter yang di gunakan untuk pertunjukan pembuka seperti menompang perut. Dewasa ini memberi selisih pada Lais di gunakan untuk menancapkan sebuah Obor
  4. Di Lais menggunakan seragam Silat untuk pemainnya, Di Kucingan masih menggunakan seragam reyog dengan berbagai atributnya juga topeng dengan cara di gigit oleh pemain selama pertunjukan, bahkan juga dengan mata tertutup
  5. Di Lais hanya fokus pada permaian tali, Di Reyog selain fokus pada permainan tali juga masih menggunakan unsur humor seperti tidur, mengayuh sepeda, tepuk tangan saat kaki bergantungan.
  6. Di Lais menggunakan arasemen musk dengan nada khas sunda, di Kucingan masih menggunakan arasemen musik Reyog beserta senggak dan suara hewan
Sumber: Rumah Belajar

Advertiser