BAB I
PENDAHULUAN
A. Model Pembelajaran Matematika
Model dan pendekatan pada pembelajaran matematika sangat memiliki peranan yang sangat penting dalam pembelajaran. Karena model-model dan pendekatan pada matematika akan membawa setiap siswa untuk kita sebagai pelajaran untuk menjdi lebih efektif dalam belajar. Tentunya seorang guru, dituntut untuk mampu mengembangkan serta menerapkankannya dalam proses pembelajaran. Sehingga dengan demikian efektivitas pembelajaran matematika akan berjalan dengan baik dan berkualitas.
Tentunya, model dan pendekatan yang diterapkan harus juga dilihat berdasarkan kepada tingkat psikologi dari setiap pembelajaran sehingga siswapun dapat mengaplikasikan dan menerapkannya sesuai dengan kemampuan daya berpikir mereka. Pada bagian pembahasan kali ini saya akan menjelaskan tingkat kedalaman atau pendekatan dan model apa saja yang digunakan dalam pembelajaran matematika tersebut. Dalam hal ini, tentunya seorang guru harus memiliki sikap yang mengerti dan mengetahui akan kemampuan dalam menyampaikan materi atau model pembelajaran yang akan digunakan. Diamana, jika seorang guru tidak memperhatikan tahap perkembangan dan apa yang dialami siswa akibatnya akan mengalami kesulitan karena cara penyampaian model yang diterapkan tidak sesuai/tidak bisa diserap oleh siswa pada saat pembelajaran.
Karena itu, begitu pentingnya pengetahuan tentang bagaimana pembelajaran akan pendekatan model yang akan dapat dimengerti. Sebab itu, disini saya akan menguraikan model-model pembelajaran pada matematika yang saya lihat berdasarkan hasil pengamatan melalui menonton dari model pendekatan pembelajaran matematika. Dengan apa yang akan saya uraikan tentang model pembelajaran matematika diharapkan dapat memahami dan menerapkan model yang cocok dalam pelakasanaan pembelajaran matematika.
Berdasarkan hasil pengamatan yang saya lihat melalui CD model pembelajaran pada matematika ada beberapa model yang dapat saya kemukakan dan jelaskan yaitu:
2.1 Conseptual Multi Model
Pada conseptual multi model ini dilakukan pada SLTP N 32 Surabaya dimana model pembelajaran yang digunakan beraneka ragam dan sangat menarik minat anak untuk melakukan suatu pembelajaran pada matematika. Sehingga pada model ini anak dituntut untuk dapat secara kreatif, dan inovatif mengembungkan daya berpikir mereka dalam memahami dan memecahkan suatu permasalahan yang ada. Terutama dalam dunia matematika, sehingga dengan dapat memecahkan masalah yang ada dapat mengembangkan diri dan motivasi pada mereka masing-masing oleh karena itu, bentuknya keberhasilan akan model conseptual multi model dapat tercapai jika ditentukan oleh beberapa aspek atau dapat dilihat dari hal dibawah ini, yaitu :
2.1.1 Situasi Kelas
Pada model pembelajaran ini yaitu conseptual multi model situasi kelas yang tergambar pada pelaksanaan model ini sangat dikelola dengan baik dan kondusif dan terlihat proses interaksi dan adanya kerjasama yang baik antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran sehingga tidak terlihat bosan dan monoton. Namun, hal ini juga tergantung dari guru bagaimana membuat suatu keadaan yang nyaman dan menyenangkan pada siswa itu.
2.1.2 Fase-fase/Tahapan dalam Pelaksanaan Model Conseptual Multi Model
Pada model conseptual model ini adanya tahapan penyampaian yang dilakukan, dimana guru mengambil materi yang akan diajarkan tentang statistik oleh guru yang bernama Bpk. Samri, Tahapannya, Yaitu :
a. Fase I (menyampaikan Tujuan dan Memotivasi Siswa)
Pada tahapan ini guru sebagai pelaku dalam pembelajaran matematika memberikan pengarahan akan materi dan maksud yang akan diajarkan sehingga siswa lebih memahami akan kearah mana mereka untuk melakukan proses pembelajaran sehingga dengan demikian mereka tidak akan mengalami kesulitan karena sudah dijelaskan dari awal tentang apa yang akan mereka pelajari. Sehingga pada khirnya, memotivasi keingintahuan pada siswa tentang hal-hal yang belum mereka ketahui akan materi yang akan disampikan dan pada khirnya menumbuhkembangkan daya berpikir mereka akan materi yang diberikan oleh guru tersebut.
b. Fase II (Menyajikan Data)
Fase ini lebih kepada pengelolaan kelas yang ada, maksudnya pada saat guru telah menyampaikan maksud dari proses pembelajaran itu maka setiap kelas yang ada dibagi oleh beberapa kelompok sesuai dengan pembagin guru untuk berdiskusi berdasrkan kelompok itu akan maslah yang dihadapinya. Dengan pembagian kelompok ini diharapkan agr setiap siswa yang telah dibagikn kelompoknya dapat mengkomunikasikan dan menyajikan data dengan anggotanya sesuai materi dan tujuan yang akan diharapkan sehingga dengan adanya diskusi kelompok kecil ini siswa dapat menyajikan, menganalisis, dan memecahkan berbagai masalah penting pada data yang telah disiapkan sehingga dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan berkomunikasi dengan baik.
c. Fase III (Mengarahkan Permasalahan Yang Telah Ada)
Dalam hal ini inti dari fase ini adalah lebih bagaimana guru memberikan suatu kesempatan untuk menyelesaikan masalah yang ada bersama kelompok yang telah dibagi oleh dewan guru, dan selanjutnya siswa melakukan pengamatan langsung kepada objek dari permasalahan itu sesuai dengan objek/fakta yang ada dilingkungan sekitar mereka saja. Sehingga dengan adanya objek yang mereka amati siswa dapat menemukan akan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan permasalahan yang ada namun disamping itu adanya juga pengarahan akan keputusan yang mereka ambil akan masalah itu. Dengan demikian siswa akan lebih diberdayakan kepada pengetahuaannya yang ada pada diri mereka tersebut. Setelah itu, dari hasil mereka mempresentasikan masalah yang ada seorang guru kiranya memberikan suatu pujian atau penguatn yang positif berdasarkan teori Skinner dengan adanya penguatan yang positif itu diharapkan dapat meningkatkan kepekaan perilaku dan respon akan proses dan pembelajaran Matematika itu.
d. Fase IV + V (Membimbing Kelompok Untuk Bekerja dan Belajar)
Pada fase ini membimbing dalam menafsirkan dari hasil pengamatan akan masalah yang dialaminya serta memecahkan secara bersama-sama dari masalah itu. Jika, salah satu dan kelompok ada yang tidak mengerti akanmaksud an masalah itu maka kelompokitu dapat mengajukan pertanyaan seputar masalah yang ia alami. Dan guru memberikan suatu respon/masalah yang positif kepada siswa itu dengan memberikan tanggapan yang positif kepada siswa itu dengan memberikan suatu pujian atau rasa kepedulian akan masalah yang dialami oleh anak itu. Hal ini, dimaksudkan agar dapat meningkatkan perilaku dan respon anak itu sehingga dengan itu anak akan terus menggali dan mencari informasi dari permasalahan yang telah ada.
Selanjutnya setelah kelompok itu mengajukan dan mempresentasikan dari hasil masalah yang dia alami maka diberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk mengemukakan pendapatnya atau membentuk memberikan informasi akan penyelesaian masalah yang ada sehingga proses pembelajaran pada matematika menjadi proses pembelajaran yang bermakna dan penuh dengan penemuan akan hal-hal yang baruyang dapat mengembangkan proses berpikir dari siswa itu berdasarkan teori Ausubel itu.
e. Fase VI (Mengajak Siswa Berdiskusi dan Memantapkan Materi Pembelajaran)
Pada fase ini saat siswa yang telah diberikan suatu permasalahan yang ada maka tahapan ini siswa lebih diajak untuk memahami maksud atau materi yang disampaikan yang lebih kepada merangkum secara global atau menyeluruh akan permasalahan yang ada. Tentunya pendekatan yang ada diarahkan sesuai dengan pemikiran siswa dan ide-ide yang dikembangkan oleh siswa itu sehingga daya berpikir mereka dapat berjalan dengan leluasa dengan baik. Dengan adanya diberikan keleluasaan berpikir dan memahami akan permasalahan yang ada siswa tersebut akan memiliki motivasi dan minat yang tinggi akan pembelajaran matematika itu.
f. Fase VII (Memberikan Penghargaan)
Fase ini setelah semua kelompok dari awal fase I – VI maka guru menilai dan melihat dari hasil kerja yang mereka lakukan berdasarkan pengamatan akan masalah yang telah mereka alami. Guru memberikan pengamatan akan masalah yang telah mereka alami. Guru memberikan suaut reward/penghargaan atas pekerjaan yang mereka alami penghargaan ini berupa pujian yang positif sehingga dapat merespon stimulus daya anak itu akan tindakan yang dilakukannya sehingga dengan adanya suatu pujian maka akan membuat anak itu menjadi penuh semangat dalam mengatasi permasalahan yang dialaminya.
2.1.3 Kelebihan
Pada model pembelajaran matematika di atas yaitu Conseptual Multi Model adanya beberapa kelebihan yaitu:
1. Konsep pembelajaran pada matematika akan menarik dan lebih kreatif
2. Pembelajaran pada matematika itu akan mengembangkan
3. Pembelajaran pada matematika pada model ini dapat menciptakan keterampilan, menyelidiki dan pemecahan akan masalah yang dialami pada dunia matematika.
2.2 Pembelajaran Konseptual Berbasis “KBK”
Pada model pembelajaran konseptual berbasis “KBK” yang dilakukan pada SLTPN 32 Surabaya pada materi yang disampaikan mengenai perbandingan oleh Bpk. Conny dimana model pembelajaran ini lebih diarahkan kepada pemecahan akan suatu permasalahan berdasarkan pengalaman dan daya kemampuan pada setiap individu akan pengetahuan yang dimilikinya. Sehingga disini dituntut untuk belajar mandiri dan bersikap positif terhadap matematika dan tahu bagaimana semestinya belajar.
2.2.1 Situasi Kelas
Pembelajaran konseptual berbasis “KBK” lebih dititik beratkan kepada pembelajaran yang sifatnya mandiri dan hal ini terlihat dari situasi kelas yang mendukungnya dimana proses pembelajaran berjalan secara aktif dan penuh dengan interaktif antara guru dan siswa sebagai proses dari pembelajaran sehingga tidak pasif.
2.2.2 Fase-fase/Tahapan Dalam Pelaksanaan Pembelajaran
a) Fase I (Orientasi Siswa Kepada Masalah)
Pada fase ini siswa menanyakan tentang masalah yang berhubungan dengan yang dia alami. Dimana, siswa dicoba untuk mengetahui komponen-komponen atau hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang ada sehingga siswa dapat mengerti dan memahami akan masalah yang dihadapinya. Dengan demikian, siswa dapat berpikir secara luas tentang masalah yang terkait dan berpikir secara inovatif akan permasalahan yang ada.
b) Fase II (Mengorganisasi Siswa Untuk Belajar)
Fase ini lebih dikondisikan kepada suatu situasi kelas yang lebih menciptakan suatu kelompok yang dapat memecahkan akan masalah yang ada sehingga siswa dituntut untuk dapat mengeksplorasi dan belajar dari permasalahan yang dialaminya dengan demikian dapat menciptakan suatu karakter dari setiap perilaku orang dan anak itu terhadap materi yang akan diberikan pada setiap kelompok itu.
c) Fase III (Membimbing Penyelidikan Individual Maupun Kelompok)
Pada fase ini guru memberikan suatu pengarahan akan materi yang telah disampaikan. Dan guru mencoba bertanya kepada tiap-tiap kelompok akan kesulitan yang dialaminya berdasarkan materi yang telah diberikan. Sampai benar-benar guru itu membimbing dan memberikan pengaruh dengan melakukan pengawasan secara individual maupun kelompok dengan membimbing dan melakukan penyelidikan akan membuat siswa itu mendapatkan suatu penguatan yang positif bagi diri mereka, mengembangkan sikap tanggap mereka terhadap masalah yang ada. Serta membantu mereka dalam mengembangkan ide-ide akan hal yang mereka punyai.
d) Fase IV (Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya)
Pada hal ini setelah guru membimbing dan melakukan suatu penyelidikan akan masalah yang dihadapinya sehingga apa yang ada telah didapatnya dikembangkan berdasarkan kemampuan dan keahlian yang didapatnya. Pada hal ini, materi yang telah diberikan dipersentasikan oleh semua kelompok untuk menyajikan hasil materi yang telah dipahaminya. Disini, kelompok lain memberikan tanggapan terhadap apa yang disajikan oleh kelompok yang mempresentasikan sehingga adanya suatu hubungan timbal balik dalam proses pembelajaran. Sehingga, pengembangan akan informasi yang didapat tidak berpaku pada hal yang menoton tetapi lebih beraneka ragam. Dengan demikian adanya kreatifitas dan daya berpikir yang lebih luas terhadap data yang diberikan sehingga adanya suatu hubungan dan pengalaman akan hasil yang didapatnya.
e) Fase V (Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah)
Disini materi yang telah dijelaskan kepada siswa guru menanyakan kepada tiap kelompok akan apa yang telah mereka dapatkan berdasarkan apa yang telah mereka kerjakan sehingga guru mencoba meriview dan melakukan suatu pengulangan akan apa yang mereka lakukan. Hal ini dimaksudkan agar masalah yang mereka dapatkan menjadi suatu belajar yang bermakna dan penuh dengan pengertian sehingga mereka dapat menyimpulkan akan apa yang telah mereka ketahui secara mandiri dan dalam hal ini dapat menumbuhkan kembangkan kecerdasan dan daya intelektual pada setiap siswa.
f) Fase VI (Memberikan Penghargaan)
Disini guru menilai dari hasil yang telah terjadi selama proses pembelajaran dikelas melalui kegiatan dan prses interaksi yang berlangsung seperti keaktifan bertanya, menyangga sehingga guru mencoba memberikan suatu penghargaan yang luar biasa kepada siswa yang melakukan proses interaksi selama pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar penghargaan yang diberikan baik ucapan pujian atau apapun dapat mengembangkan motivasi dan rasa bergembira si siswa yang pada akhirnya siswa bersemangat dan adanya motivasi yang lebih lagi untuk dapat mempertahankan prestasi dan penghargaan yang ada pada dirinya.
2.2.3 Kelebihan
Model pembelajaran Conseptual berbasis KBK tentu sangat bermanfaat sekali dalam proses pembelajaran terutama pada matematika, yaitu:
1. Mengembangkan sikap mandiri siswa dalam menemukan dan mencari akan permasalahan yang ada.
2. Memberikan penguatan yang positif kepada anak untuk dapat meyakini dirinya akan hal-hal yang berat danpenuh rintangan.
3. Memberikan suatu sikap/perilaku pembiasaan akan suatu hal sehingga siswa terbiasa untuk mengerjakan soal yang beraneka ragam dan soal yang sulit sekalipun.
2.3 Pembelajaran Konseptual Berbasis “KBK” Melalui Pengajaran Langsung
Model pembelajaran pada matematika terutama pada pembelajaran langsung sangat membuat sikap kreatif dan inovatif pada pemikiran setiap siswa sehingga anak dapat leluasa dalam melaksanakan kegiatan proses pembelajaran yang sedang berlangsung secara aktif, kreatif, dan berfikir secara intelektual dalam setiap proses pembelajaran terutama pada pembelajaran matematika.
2.3.1 Situasi Kelas
Pembelajaran melalui pengajaran langsung berlangsung secara baik dan tertib sehingga kenyamanan dalam belajar dapat tercipta dengan baik dan luar biasa. Selain itu, juga anak-anak maupun siswa belajar itneraktif dan penuh dengan daya berpikir yang luar biasa sehingga situasi kelas yang ada tidak menoton akan suatu hal.
2.3.2 Fase-fase/Tahapan dalam Pelaksanaan Pembelajaran
Konseptual berbasis “KBK” melalui pengajaran langsung
a) Fase I (Menyampaikan Tujuan dan Menyiapkan Siswa)
Pada fase ini guru mencoba membuka pikiran siswa terhadap materi yang akan disampaikan sehingga guru mengajak siswa mengarah kepada konsep yang akan disampaikan langsung kepada siswa itu. Dengan demikian siswa diajak untuk dapat mengerti dan membuka akan apa yang telah dipikirkan/dimiliki oleh siswa itu.
b) Fase II (Mendemonstrasikan Pengetahuan dan Keterampilan)
Siswa diajak bisa memecahkan masalah yang dihadapi dan mencoba menjelaskan kepada guru dan teman-temannya itu dengan demikian dapat menimbulkan pengetahuan dan pemahaman bagi siswa itu dan orang yang ada bersama dia juga. Hal ini dapat menciptakan suatu keadaan yang dapat melibatkan siswa dalam memahami proses penalaran, mendapatkan balikan mengenai pemahaman siswa, dan dapat membimbing siswa kepada suatu konsep penalaran bagi dirinya.
Dengan demikian guru melukiskan pemahaman dan pengetahuan tentang materi yaitu mengurutkan pecahan dan selanjutnya persoalan diberikan untuk dipecahkan secara bersama-sama berdasarkan kemampuan yang dimilikinya itu. Namun, pendemontrasian yang ada harus berdasarkan secara garis besar sesuai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan pengarahan dan pembimbingan akan masalah yang ada.
c) Fase III (Membimbing Pelatihan)
Disini guru, memberikan langsung kepada objek permasalahan yang akan diamati siswa secara berpasangan dan setelah itu guru membimbing dan melihat siswa itu berdasarkan materi yang telah dikerjakan oleh siswa sambil membimbing dan memberikan arahan terhadap permasalahan yang dihadapinya. Sehingga dengan membimbing adanya suatu komunikasi dan proses interaksi diantara guru dan siswa dalam memecahkan permasalahan yang ada secara bersama-sama. Dengan demikian hal ini dapat mengembangkan dan membina kerja sama dan proses pemikiran yang saling timbal balik diantara guru dan siswa.
d) Fase IV (Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik)
Pada fase ini setelah adanya proses membimbing untuk mengarahkan kepadahal yang ada selanjutnya materi yang telah disampaikan pada awal pembelajaran siswa dituntut untuk dapat mengerti dan memahami akan permasalahan yang ada sehingga walaupun diberikan permasalahan yang baru siswa akan penuh dengan kesiapan menghadapi permasalahan yang ada itu dengan seoptimal mungkin. Selanjutnya pemahaman yang telah ada tadi diberikan lagi kepada si anak lebih kepada permasalahan yang baru dan lebih sulit namun berdasarkan kepada apa yang telah dimilikinya sehingga dapat mengetahui tingkat kemampuan berpikir siswa apakah sudah mengerti atau masih perlu adanya pembimbing akan permasalahan yang dihadapinya sekarang ini.
e) Fase V (Memberikan Kesepakatan Untuk Pelatihan dan Penerapan)
Fase ini lebih didasarkan akan pengembangan kemampuan yang telah didapatnya sesuai permasalahan yang telah diberikan. Sehingga permasalahan yang telah ada dapat diselesaikan sesuai dengan kemampuan daya ingatan mereka akan masalah yang ada itu. Disini, dituntut untuk dapat menyelesaikannya dengan cepat dan cermat sesuai dengan fakta-fakta yang telah diterapkannya. Namun, kesempatan yang ada harus diperhatikan akan waktu yang ada sehingga tepat dan sesuai.
Kesempatan untuk berlatih dan menerapkannya tentunya perlu adanya keterampilan secara rutin sehingga dengan adanya keterampilan itu akan meningkatkan daya ingat dan penerapan dalam memahami latihan yang akan dipecahkan. Hal ini, sejalan dengan pengerjaan akan menimbulkan suatu pengajaran dan penerapan yang baik akan latihan yang diberikah oleh guru aupun dosen yang ada.
2.3.3 Kelebihan
Model pembelajaran konseptual berbasis KBK melalui pengajaran langsung memang diperlukan adanya pengarahan karena itu adanya kelebihan pada pembelajaran ini adalah:
1. Guru dapat memberikan apa yang dia kuasai kepada muridnya sehingga adanya timbal balik didalam proses pembelajaran
2. Siswa dibimbing untuk dapat memecahkan masalah sehingga daya berpikir mereka semakin berkembang dan baik.
3. Dapat menciptakan suatu pembiasaan perilaku yang baik terhadap pemecahan masalah yang luar biasa sulitnya.
2.4 Pembelajaran Dengan Kooperatif
Pembelajaran dengan kooperatif adalah suatu pembelajaran yang dapat membantu siswa meningkatkan sikap positif siswa dalam dunia matematika. Sehingga dengan adanya sikap positif dapat membangun rasa kepercayaan diri mereka. Bahkan dengan sikap positif dapat menghilangkan rasa cemas terhadap matematika yang banyak dialami oleh siswa.Pembelajaran dengan sikap positif dapat menghilangkan rasa cemas terhadap matematika yang banyak dialami oleh siswa. Pembelajaran dengan kooperatif dapat meningkatkan berfikir kritis serta meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.
2.4.1 Situasi Kelas
Pada pembelajaran kooperatif yang saya lihat melalui CD materi pembelajaran di Lab. Untirta pada saat itu, guru Fitriani menerangkan materi statistika tentang ukuran pemusatan. Disini, terlihat adanya interaktif dan kerjasama didalam kelas sehingga proses pembelajaran terlihat aktif dan penuh antusiasme. Karena, saat itu dibagi oleh beberapa kelompok dimana kelompok itu diberikan kesempatan untuk berinteraksi, dengan kelompok lain untuk menyelesaikan suatu masalah. Sehingga pada kelas yang menerapkan kooperatif ini terjadi adanya suatu keterbukaan ide dalam menyampaikan gagasan.
2.4.2 Fase-fase / Tahapan dalam Pembelajaran Melalui Kooperatif
a) Fase I (Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa)
Pada fase ini guru merumuskan dahulu materi yang ada secara garis besar untuk disampaikan kepada siswa sesuai dengan kemampuan dan pemikiran siswa. Guru memiliki beberapa orang siswa sebagai media dalam penyampaian tujuan yang akan dibicarakan.
Selanjutnya siswa dibawa untuk memahami suatu masalah yang ada dengan dibagi beberapa kelompok, setelah itu guru memberikan masukan akan pengerjaannya sehingga membuat kemampuan motivasi yang tinggi kepada siswa.
b) Fase II (menyajikan informasi)
Fase ini, lebih menekankan kepada penjelasan akan maksud dan pengertian dari materi yang akan dibahas dengan menggali informasi yang ada secara bersama-sama. Dengan menggali informasi yang ada maka dapat membuka pengetahuan dan pemahaman akan materi yang akan disampaikan oleh guru kepada siswa itu, sehingga informasi yang ada digali bersama-sama oleh siswa secara kelompok yang telah dibagikan.
c) Fase III (Mengorganisasikan siswa dalam kelompok)
Guru, memilih kelompok yang telah dibagikan secara heterogen sehingga tidak adanya deskriminasi terhadap kelompok yang pandai atau cenderung yang lebih aktif. Disini guru membimbing sampai mengelola kelompok yang ada. Guru melihat apakah kelompok yang sudah dapat secara interaktif membahas masalah yang ada jika kelompok yang ada cenderung siswanya pendiam maka guru harus mengkoordinasikan dan mengelola kelompok yang terbatas dengan pemikiran para siswanya.
d) Fase IV (Membimbing kelompok untuk bekerja dan Belajar).
Pada fase ini guru memberikan suatu kelompok dalam hal ini kelompok yang ada diajak untuk memecahkan suatu permasalahan yang disampaikan oleh guru secara kelompok. Tentunya masalah yang disiapkan oleh guru harus dibuat sedemikian rupa sehingga akan menimbulkan saling membutuhkan antara anggota yang satu dan anggota yang lain dalam menyelesaikan masalah. Disini, guru dituntut untuk mengarahkan membimbing dalam pengambilan langkah untuk pemecahan masalah yang ada sehingga siswa diajak juga untuk sambil mengetahui tingkat kemampuan yang dialami oleh kelompok dengan demikian guru dan siswa saling bekerja sama dalam mengatasi masalah yang ada itu.
e) Fase V (Evaluasi)
Pada fase ini, setelah guru dan siswa membimbing setiap masalah yang telah ada siswa diajak untuk mengevaluasi dan mempresentasikan dari hasil yang telah diuat dan dikerjakan oleh kelompok yang ada sehingga mengingatkan siswa untuk mengulang akan apa yang telah didapatnya dari pemahaman pemikirannya sendiri. Dengan demikian, siswa mengetahui apa yang salah dan kurang pada dirinya yang akan dirangkum dan ditambahkan oleh guru sebagai pusat dari proses pembelajaran.
Setelah siswa telah mempresentasikan semua materi akan permasalahan yang ia alami guru disini, hanya menjelaskan secara keseluruhan akan apa yang telah disampaikan berdasarkan kekurangan yang ada dan materi yang telah dipresentasikan tadi. Dengan demikian, guru menyimpulkan dan membuat penyelesaian akan permasalahan yang ada sebagai hasil dari pencepatan tujuan.
f) Fase VI (Memberikan Penghargaan)
Setelah guru menyimpulkan semua permasalahan yang telah dialami. Selanjutnya guru melihat akan apa yang telah diperoleh dari pemahaman yang didapat oleh siswa itu disini. Guru melihat dari aspek keaktifan dan bersosialisasi terhadap apa yang telah ia pahami yang pada akhirnya dapat membuka suatu pengetahuan guru pada dirinya. Sebagai penambahan semangat belajar guru pada dirinya. Sebagai penambah semangat belajar guru memberikan suatu penghargaan berupa ucapan selamat kepada kelompok yang telah banyak memberikan masukan dan pendapatnya. Sehingga dengan pemberian ucapan kata-kata yang bagus dapat menggembirakan dan membuat siswa suka dengan pembelajaran matematika dan dapat meningkatkan respon yang lebih mengarah kepada peningkatan motivasi siswa tersebut untuk lebih rajin belajar lagi dan siswa itu dapat mempertahankan akan apa yang telah ia dapatkan melalui penguatan positif yang didapatnya oleh guru itu.
2.4.3 Kelebihan
Pembelajaran dengan kooperatif pada intinya dapat meningkatkan kepekaan kita kepada orang lain. Maka kelebihanya adalah:
1. Adanya suatu kerjasama yang baik diantara siswa dalam memecahkan permasalahan yang ada dengan membebaskan siswa tersebut dalam mengemukakan pendapat dan ide-idenya.
2. Dapat membantu para siswa untuk meningkatkan sikap positif dalam pembelajaran matematika
3. Dapat membuat siswa untuk menerima setiap pendapat lain dari siswa lain sehingga mengurangi rasa minder akan siswa yang kurang pengetahuannya.
PENDAHULUAN
A. Model Pembelajaran Matematika
Model dan pendekatan pada pembelajaran matematika sangat memiliki peranan yang sangat penting dalam pembelajaran. Karena model-model dan pendekatan pada matematika akan membawa setiap siswa untuk kita sebagai pelajaran untuk menjdi lebih efektif dalam belajar. Tentunya seorang guru, dituntut untuk mampu mengembangkan serta menerapkankannya dalam proses pembelajaran. Sehingga dengan demikian efektivitas pembelajaran matematika akan berjalan dengan baik dan berkualitas.
Tentunya, model dan pendekatan yang diterapkan harus juga dilihat berdasarkan kepada tingkat psikologi dari setiap pembelajaran sehingga siswapun dapat mengaplikasikan dan menerapkannya sesuai dengan kemampuan daya berpikir mereka. Pada bagian pembahasan kali ini saya akan menjelaskan tingkat kedalaman atau pendekatan dan model apa saja yang digunakan dalam pembelajaran matematika tersebut. Dalam hal ini, tentunya seorang guru harus memiliki sikap yang mengerti dan mengetahui akan kemampuan dalam menyampaikan materi atau model pembelajaran yang akan digunakan. Diamana, jika seorang guru tidak memperhatikan tahap perkembangan dan apa yang dialami siswa akibatnya akan mengalami kesulitan karena cara penyampaian model yang diterapkan tidak sesuai/tidak bisa diserap oleh siswa pada saat pembelajaran.
Karena itu, begitu pentingnya pengetahuan tentang bagaimana pembelajaran akan pendekatan model yang akan dapat dimengerti. Sebab itu, disini saya akan menguraikan model-model pembelajaran pada matematika yang saya lihat berdasarkan hasil pengamatan melalui menonton dari model pendekatan pembelajaran matematika. Dengan apa yang akan saya uraikan tentang model pembelajaran matematika diharapkan dapat memahami dan menerapkan model yang cocok dalam pelakasanaan pembelajaran matematika.
Berdasarkan hasil pengamatan yang saya lihat melalui CD model pembelajaran pada matematika ada beberapa model yang dapat saya kemukakan dan jelaskan yaitu:
2.1 Conseptual Multi Model
Pada conseptual multi model ini dilakukan pada SLTP N 32 Surabaya dimana model pembelajaran yang digunakan beraneka ragam dan sangat menarik minat anak untuk melakukan suatu pembelajaran pada matematika. Sehingga pada model ini anak dituntut untuk dapat secara kreatif, dan inovatif mengembungkan daya berpikir mereka dalam memahami dan memecahkan suatu permasalahan yang ada. Terutama dalam dunia matematika, sehingga dengan dapat memecahkan masalah yang ada dapat mengembangkan diri dan motivasi pada mereka masing-masing oleh karena itu, bentuknya keberhasilan akan model conseptual multi model dapat tercapai jika ditentukan oleh beberapa aspek atau dapat dilihat dari hal dibawah ini, yaitu :
2.1.1 Situasi Kelas
Pada model pembelajaran ini yaitu conseptual multi model situasi kelas yang tergambar pada pelaksanaan model ini sangat dikelola dengan baik dan kondusif dan terlihat proses interaksi dan adanya kerjasama yang baik antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran sehingga tidak terlihat bosan dan monoton. Namun, hal ini juga tergantung dari guru bagaimana membuat suatu keadaan yang nyaman dan menyenangkan pada siswa itu.
2.1.2 Fase-fase/Tahapan dalam Pelaksanaan Model Conseptual Multi Model
Pada model conseptual model ini adanya tahapan penyampaian yang dilakukan, dimana guru mengambil materi yang akan diajarkan tentang statistik oleh guru yang bernama Bpk. Samri, Tahapannya, Yaitu :
a. Fase I (menyampaikan Tujuan dan Memotivasi Siswa)
Pada tahapan ini guru sebagai pelaku dalam pembelajaran matematika memberikan pengarahan akan materi dan maksud yang akan diajarkan sehingga siswa lebih memahami akan kearah mana mereka untuk melakukan proses pembelajaran sehingga dengan demikian mereka tidak akan mengalami kesulitan karena sudah dijelaskan dari awal tentang apa yang akan mereka pelajari. Sehingga pada khirnya, memotivasi keingintahuan pada siswa tentang hal-hal yang belum mereka ketahui akan materi yang akan disampikan dan pada khirnya menumbuhkembangkan daya berpikir mereka akan materi yang diberikan oleh guru tersebut.
b. Fase II (Menyajikan Data)
Fase ini lebih kepada pengelolaan kelas yang ada, maksudnya pada saat guru telah menyampaikan maksud dari proses pembelajaran itu maka setiap kelas yang ada dibagi oleh beberapa kelompok sesuai dengan pembagin guru untuk berdiskusi berdasrkan kelompok itu akan maslah yang dihadapinya. Dengan pembagian kelompok ini diharapkan agr setiap siswa yang telah dibagikn kelompoknya dapat mengkomunikasikan dan menyajikan data dengan anggotanya sesuai materi dan tujuan yang akan diharapkan sehingga dengan adanya diskusi kelompok kecil ini siswa dapat menyajikan, menganalisis, dan memecahkan berbagai masalah penting pada data yang telah disiapkan sehingga dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan berkomunikasi dengan baik.
c. Fase III (Mengarahkan Permasalahan Yang Telah Ada)
Dalam hal ini inti dari fase ini adalah lebih bagaimana guru memberikan suatu kesempatan untuk menyelesaikan masalah yang ada bersama kelompok yang telah dibagi oleh dewan guru, dan selanjutnya siswa melakukan pengamatan langsung kepada objek dari permasalahan itu sesuai dengan objek/fakta yang ada dilingkungan sekitar mereka saja. Sehingga dengan adanya objek yang mereka amati siswa dapat menemukan akan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan permasalahan yang ada namun disamping itu adanya juga pengarahan akan keputusan yang mereka ambil akan masalah itu. Dengan demikian siswa akan lebih diberdayakan kepada pengetahuaannya yang ada pada diri mereka tersebut. Setelah itu, dari hasil mereka mempresentasikan masalah yang ada seorang guru kiranya memberikan suatu pujian atau penguatn yang positif berdasarkan teori Skinner dengan adanya penguatan yang positif itu diharapkan dapat meningkatkan kepekaan perilaku dan respon akan proses dan pembelajaran Matematika itu.
d. Fase IV + V (Membimbing Kelompok Untuk Bekerja dan Belajar)
Pada fase ini membimbing dalam menafsirkan dari hasil pengamatan akan masalah yang dialaminya serta memecahkan secara bersama-sama dari masalah itu. Jika, salah satu dan kelompok ada yang tidak mengerti akanmaksud an masalah itu maka kelompokitu dapat mengajukan pertanyaan seputar masalah yang ia alami. Dan guru memberikan suatu respon/masalah yang positif kepada siswa itu dengan memberikan tanggapan yang positif kepada siswa itu dengan memberikan suatu pujian atau rasa kepedulian akan masalah yang dialami oleh anak itu. Hal ini, dimaksudkan agar dapat meningkatkan perilaku dan respon anak itu sehingga dengan itu anak akan terus menggali dan mencari informasi dari permasalahan yang telah ada.
Selanjutnya setelah kelompok itu mengajukan dan mempresentasikan dari hasil masalah yang dia alami maka diberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk mengemukakan pendapatnya atau membentuk memberikan informasi akan penyelesaian masalah yang ada sehingga proses pembelajaran pada matematika menjadi proses pembelajaran yang bermakna dan penuh dengan penemuan akan hal-hal yang baruyang dapat mengembangkan proses berpikir dari siswa itu berdasarkan teori Ausubel itu.
e. Fase VI (Mengajak Siswa Berdiskusi dan Memantapkan Materi Pembelajaran)
Pada fase ini saat siswa yang telah diberikan suatu permasalahan yang ada maka tahapan ini siswa lebih diajak untuk memahami maksud atau materi yang disampaikan yang lebih kepada merangkum secara global atau menyeluruh akan permasalahan yang ada. Tentunya pendekatan yang ada diarahkan sesuai dengan pemikiran siswa dan ide-ide yang dikembangkan oleh siswa itu sehingga daya berpikir mereka dapat berjalan dengan leluasa dengan baik. Dengan adanya diberikan keleluasaan berpikir dan memahami akan permasalahan yang ada siswa tersebut akan memiliki motivasi dan minat yang tinggi akan pembelajaran matematika itu.
f. Fase VII (Memberikan Penghargaan)
Fase ini setelah semua kelompok dari awal fase I – VI maka guru menilai dan melihat dari hasil kerja yang mereka lakukan berdasarkan pengamatan akan masalah yang telah mereka alami. Guru memberikan pengamatan akan masalah yang telah mereka alami. Guru memberikan suaut reward/penghargaan atas pekerjaan yang mereka alami penghargaan ini berupa pujian yang positif sehingga dapat merespon stimulus daya anak itu akan tindakan yang dilakukannya sehingga dengan adanya suatu pujian maka akan membuat anak itu menjadi penuh semangat dalam mengatasi permasalahan yang dialaminya.
2.1.3 Kelebihan
Pada model pembelajaran matematika di atas yaitu Conseptual Multi Model adanya beberapa kelebihan yaitu:
1. Konsep pembelajaran pada matematika akan menarik dan lebih kreatif
2. Pembelajaran pada matematika itu akan mengembangkan
3. Pembelajaran pada matematika pada model ini dapat menciptakan keterampilan, menyelidiki dan pemecahan akan masalah yang dialami pada dunia matematika.
2.2 Pembelajaran Konseptual Berbasis “KBK”
Pada model pembelajaran konseptual berbasis “KBK” yang dilakukan pada SLTPN 32 Surabaya pada materi yang disampaikan mengenai perbandingan oleh Bpk. Conny dimana model pembelajaran ini lebih diarahkan kepada pemecahan akan suatu permasalahan berdasarkan pengalaman dan daya kemampuan pada setiap individu akan pengetahuan yang dimilikinya. Sehingga disini dituntut untuk belajar mandiri dan bersikap positif terhadap matematika dan tahu bagaimana semestinya belajar.
2.2.1 Situasi Kelas
Pembelajaran konseptual berbasis “KBK” lebih dititik beratkan kepada pembelajaran yang sifatnya mandiri dan hal ini terlihat dari situasi kelas yang mendukungnya dimana proses pembelajaran berjalan secara aktif dan penuh dengan interaktif antara guru dan siswa sebagai proses dari pembelajaran sehingga tidak pasif.
2.2.2 Fase-fase/Tahapan Dalam Pelaksanaan Pembelajaran
a) Fase I (Orientasi Siswa Kepada Masalah)
Pada fase ini siswa menanyakan tentang masalah yang berhubungan dengan yang dia alami. Dimana, siswa dicoba untuk mengetahui komponen-komponen atau hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang ada sehingga siswa dapat mengerti dan memahami akan masalah yang dihadapinya. Dengan demikian, siswa dapat berpikir secara luas tentang masalah yang terkait dan berpikir secara inovatif akan permasalahan yang ada.
b) Fase II (Mengorganisasi Siswa Untuk Belajar)
Fase ini lebih dikondisikan kepada suatu situasi kelas yang lebih menciptakan suatu kelompok yang dapat memecahkan akan masalah yang ada sehingga siswa dituntut untuk dapat mengeksplorasi dan belajar dari permasalahan yang dialaminya dengan demikian dapat menciptakan suatu karakter dari setiap perilaku orang dan anak itu terhadap materi yang akan diberikan pada setiap kelompok itu.
c) Fase III (Membimbing Penyelidikan Individual Maupun Kelompok)
Pada fase ini guru memberikan suatu pengarahan akan materi yang telah disampaikan. Dan guru mencoba bertanya kepada tiap-tiap kelompok akan kesulitan yang dialaminya berdasarkan materi yang telah diberikan. Sampai benar-benar guru itu membimbing dan memberikan pengaruh dengan melakukan pengawasan secara individual maupun kelompok dengan membimbing dan melakukan penyelidikan akan membuat siswa itu mendapatkan suatu penguatan yang positif bagi diri mereka, mengembangkan sikap tanggap mereka terhadap masalah yang ada. Serta membantu mereka dalam mengembangkan ide-ide akan hal yang mereka punyai.
d) Fase IV (Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya)
Pada hal ini setelah guru membimbing dan melakukan suatu penyelidikan akan masalah yang dihadapinya sehingga apa yang ada telah didapatnya dikembangkan berdasarkan kemampuan dan keahlian yang didapatnya. Pada hal ini, materi yang telah diberikan dipersentasikan oleh semua kelompok untuk menyajikan hasil materi yang telah dipahaminya. Disini, kelompok lain memberikan tanggapan terhadap apa yang disajikan oleh kelompok yang mempresentasikan sehingga adanya suatu hubungan timbal balik dalam proses pembelajaran. Sehingga, pengembangan akan informasi yang didapat tidak berpaku pada hal yang menoton tetapi lebih beraneka ragam. Dengan demikian adanya kreatifitas dan daya berpikir yang lebih luas terhadap data yang diberikan sehingga adanya suatu hubungan dan pengalaman akan hasil yang didapatnya.
e) Fase V (Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah)
Disini materi yang telah dijelaskan kepada siswa guru menanyakan kepada tiap kelompok akan apa yang telah mereka dapatkan berdasarkan apa yang telah mereka kerjakan sehingga guru mencoba meriview dan melakukan suatu pengulangan akan apa yang mereka lakukan. Hal ini dimaksudkan agar masalah yang mereka dapatkan menjadi suatu belajar yang bermakna dan penuh dengan pengertian sehingga mereka dapat menyimpulkan akan apa yang telah mereka ketahui secara mandiri dan dalam hal ini dapat menumbuhkan kembangkan kecerdasan dan daya intelektual pada setiap siswa.
f) Fase VI (Memberikan Penghargaan)
Disini guru menilai dari hasil yang telah terjadi selama proses pembelajaran dikelas melalui kegiatan dan prses interaksi yang berlangsung seperti keaktifan bertanya, menyangga sehingga guru mencoba memberikan suatu penghargaan yang luar biasa kepada siswa yang melakukan proses interaksi selama pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar penghargaan yang diberikan baik ucapan pujian atau apapun dapat mengembangkan motivasi dan rasa bergembira si siswa yang pada akhirnya siswa bersemangat dan adanya motivasi yang lebih lagi untuk dapat mempertahankan prestasi dan penghargaan yang ada pada dirinya.
2.2.3 Kelebihan
Model pembelajaran Conseptual berbasis KBK tentu sangat bermanfaat sekali dalam proses pembelajaran terutama pada matematika, yaitu:
1. Mengembangkan sikap mandiri siswa dalam menemukan dan mencari akan permasalahan yang ada.
2. Memberikan penguatan yang positif kepada anak untuk dapat meyakini dirinya akan hal-hal yang berat danpenuh rintangan.
3. Memberikan suatu sikap/perilaku pembiasaan akan suatu hal sehingga siswa terbiasa untuk mengerjakan soal yang beraneka ragam dan soal yang sulit sekalipun.
2.3 Pembelajaran Konseptual Berbasis “KBK” Melalui Pengajaran Langsung
Model pembelajaran pada matematika terutama pada pembelajaran langsung sangat membuat sikap kreatif dan inovatif pada pemikiran setiap siswa sehingga anak dapat leluasa dalam melaksanakan kegiatan proses pembelajaran yang sedang berlangsung secara aktif, kreatif, dan berfikir secara intelektual dalam setiap proses pembelajaran terutama pada pembelajaran matematika.
2.3.1 Situasi Kelas
Pembelajaran melalui pengajaran langsung berlangsung secara baik dan tertib sehingga kenyamanan dalam belajar dapat tercipta dengan baik dan luar biasa. Selain itu, juga anak-anak maupun siswa belajar itneraktif dan penuh dengan daya berpikir yang luar biasa sehingga situasi kelas yang ada tidak menoton akan suatu hal.
2.3.2 Fase-fase/Tahapan dalam Pelaksanaan Pembelajaran
Konseptual berbasis “KBK” melalui pengajaran langsung
a) Fase I (Menyampaikan Tujuan dan Menyiapkan Siswa)
Pada fase ini guru mencoba membuka pikiran siswa terhadap materi yang akan disampaikan sehingga guru mengajak siswa mengarah kepada konsep yang akan disampaikan langsung kepada siswa itu. Dengan demikian siswa diajak untuk dapat mengerti dan membuka akan apa yang telah dipikirkan/dimiliki oleh siswa itu.
b) Fase II (Mendemonstrasikan Pengetahuan dan Keterampilan)
Siswa diajak bisa memecahkan masalah yang dihadapi dan mencoba menjelaskan kepada guru dan teman-temannya itu dengan demikian dapat menimbulkan pengetahuan dan pemahaman bagi siswa itu dan orang yang ada bersama dia juga. Hal ini dapat menciptakan suatu keadaan yang dapat melibatkan siswa dalam memahami proses penalaran, mendapatkan balikan mengenai pemahaman siswa, dan dapat membimbing siswa kepada suatu konsep penalaran bagi dirinya.
Dengan demikian guru melukiskan pemahaman dan pengetahuan tentang materi yaitu mengurutkan pecahan dan selanjutnya persoalan diberikan untuk dipecahkan secara bersama-sama berdasarkan kemampuan yang dimilikinya itu. Namun, pendemontrasian yang ada harus berdasarkan secara garis besar sesuai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan pengarahan dan pembimbingan akan masalah yang ada.
c) Fase III (Membimbing Pelatihan)
Disini guru, memberikan langsung kepada objek permasalahan yang akan diamati siswa secara berpasangan dan setelah itu guru membimbing dan melihat siswa itu berdasarkan materi yang telah dikerjakan oleh siswa sambil membimbing dan memberikan arahan terhadap permasalahan yang dihadapinya. Sehingga dengan membimbing adanya suatu komunikasi dan proses interaksi diantara guru dan siswa dalam memecahkan permasalahan yang ada secara bersama-sama. Dengan demikian hal ini dapat mengembangkan dan membina kerja sama dan proses pemikiran yang saling timbal balik diantara guru dan siswa.
d) Fase IV (Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik)
Pada fase ini setelah adanya proses membimbing untuk mengarahkan kepadahal yang ada selanjutnya materi yang telah disampaikan pada awal pembelajaran siswa dituntut untuk dapat mengerti dan memahami akan permasalahan yang ada sehingga walaupun diberikan permasalahan yang baru siswa akan penuh dengan kesiapan menghadapi permasalahan yang ada itu dengan seoptimal mungkin. Selanjutnya pemahaman yang telah ada tadi diberikan lagi kepada si anak lebih kepada permasalahan yang baru dan lebih sulit namun berdasarkan kepada apa yang telah dimilikinya sehingga dapat mengetahui tingkat kemampuan berpikir siswa apakah sudah mengerti atau masih perlu adanya pembimbing akan permasalahan yang dihadapinya sekarang ini.
e) Fase V (Memberikan Kesepakatan Untuk Pelatihan dan Penerapan)
Fase ini lebih didasarkan akan pengembangan kemampuan yang telah didapatnya sesuai permasalahan yang telah diberikan. Sehingga permasalahan yang telah ada dapat diselesaikan sesuai dengan kemampuan daya ingatan mereka akan masalah yang ada itu. Disini, dituntut untuk dapat menyelesaikannya dengan cepat dan cermat sesuai dengan fakta-fakta yang telah diterapkannya. Namun, kesempatan yang ada harus diperhatikan akan waktu yang ada sehingga tepat dan sesuai.
Kesempatan untuk berlatih dan menerapkannya tentunya perlu adanya keterampilan secara rutin sehingga dengan adanya keterampilan itu akan meningkatkan daya ingat dan penerapan dalam memahami latihan yang akan dipecahkan. Hal ini, sejalan dengan pengerjaan akan menimbulkan suatu pengajaran dan penerapan yang baik akan latihan yang diberikah oleh guru aupun dosen yang ada.
2.3.3 Kelebihan
Model pembelajaran konseptual berbasis KBK melalui pengajaran langsung memang diperlukan adanya pengarahan karena itu adanya kelebihan pada pembelajaran ini adalah:
1. Guru dapat memberikan apa yang dia kuasai kepada muridnya sehingga adanya timbal balik didalam proses pembelajaran
2. Siswa dibimbing untuk dapat memecahkan masalah sehingga daya berpikir mereka semakin berkembang dan baik.
3. Dapat menciptakan suatu pembiasaan perilaku yang baik terhadap pemecahan masalah yang luar biasa sulitnya.
2.4 Pembelajaran Dengan Kooperatif
Pembelajaran dengan kooperatif adalah suatu pembelajaran yang dapat membantu siswa meningkatkan sikap positif siswa dalam dunia matematika. Sehingga dengan adanya sikap positif dapat membangun rasa kepercayaan diri mereka. Bahkan dengan sikap positif dapat menghilangkan rasa cemas terhadap matematika yang banyak dialami oleh siswa.Pembelajaran dengan sikap positif dapat menghilangkan rasa cemas terhadap matematika yang banyak dialami oleh siswa. Pembelajaran dengan kooperatif dapat meningkatkan berfikir kritis serta meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.
2.4.1 Situasi Kelas
Pada pembelajaran kooperatif yang saya lihat melalui CD materi pembelajaran di Lab. Untirta pada saat itu, guru Fitriani menerangkan materi statistika tentang ukuran pemusatan. Disini, terlihat adanya interaktif dan kerjasama didalam kelas sehingga proses pembelajaran terlihat aktif dan penuh antusiasme. Karena, saat itu dibagi oleh beberapa kelompok dimana kelompok itu diberikan kesempatan untuk berinteraksi, dengan kelompok lain untuk menyelesaikan suatu masalah. Sehingga pada kelas yang menerapkan kooperatif ini terjadi adanya suatu keterbukaan ide dalam menyampaikan gagasan.
2.4.2 Fase-fase / Tahapan dalam Pembelajaran Melalui Kooperatif
a) Fase I (Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa)
Pada fase ini guru merumuskan dahulu materi yang ada secara garis besar untuk disampaikan kepada siswa sesuai dengan kemampuan dan pemikiran siswa. Guru memiliki beberapa orang siswa sebagai media dalam penyampaian tujuan yang akan dibicarakan.
Selanjutnya siswa dibawa untuk memahami suatu masalah yang ada dengan dibagi beberapa kelompok, setelah itu guru memberikan masukan akan pengerjaannya sehingga membuat kemampuan motivasi yang tinggi kepada siswa.
b) Fase II (menyajikan informasi)
Fase ini, lebih menekankan kepada penjelasan akan maksud dan pengertian dari materi yang akan dibahas dengan menggali informasi yang ada secara bersama-sama. Dengan menggali informasi yang ada maka dapat membuka pengetahuan dan pemahaman akan materi yang akan disampaikan oleh guru kepada siswa itu, sehingga informasi yang ada digali bersama-sama oleh siswa secara kelompok yang telah dibagikan.
c) Fase III (Mengorganisasikan siswa dalam kelompok)
Guru, memilih kelompok yang telah dibagikan secara heterogen sehingga tidak adanya deskriminasi terhadap kelompok yang pandai atau cenderung yang lebih aktif. Disini guru membimbing sampai mengelola kelompok yang ada. Guru melihat apakah kelompok yang sudah dapat secara interaktif membahas masalah yang ada jika kelompok yang ada cenderung siswanya pendiam maka guru harus mengkoordinasikan dan mengelola kelompok yang terbatas dengan pemikiran para siswanya.
d) Fase IV (Membimbing kelompok untuk bekerja dan Belajar).
Pada fase ini guru memberikan suatu kelompok dalam hal ini kelompok yang ada diajak untuk memecahkan suatu permasalahan yang disampaikan oleh guru secara kelompok. Tentunya masalah yang disiapkan oleh guru harus dibuat sedemikian rupa sehingga akan menimbulkan saling membutuhkan antara anggota yang satu dan anggota yang lain dalam menyelesaikan masalah. Disini, guru dituntut untuk mengarahkan membimbing dalam pengambilan langkah untuk pemecahan masalah yang ada sehingga siswa diajak juga untuk sambil mengetahui tingkat kemampuan yang dialami oleh kelompok dengan demikian guru dan siswa saling bekerja sama dalam mengatasi masalah yang ada itu.
e) Fase V (Evaluasi)
Pada fase ini, setelah guru dan siswa membimbing setiap masalah yang telah ada siswa diajak untuk mengevaluasi dan mempresentasikan dari hasil yang telah diuat dan dikerjakan oleh kelompok yang ada sehingga mengingatkan siswa untuk mengulang akan apa yang telah didapatnya dari pemahaman pemikirannya sendiri. Dengan demikian, siswa mengetahui apa yang salah dan kurang pada dirinya yang akan dirangkum dan ditambahkan oleh guru sebagai pusat dari proses pembelajaran.
Setelah siswa telah mempresentasikan semua materi akan permasalahan yang ia alami guru disini, hanya menjelaskan secara keseluruhan akan apa yang telah disampaikan berdasarkan kekurangan yang ada dan materi yang telah dipresentasikan tadi. Dengan demikian, guru menyimpulkan dan membuat penyelesaian akan permasalahan yang ada sebagai hasil dari pencepatan tujuan.
f) Fase VI (Memberikan Penghargaan)
Setelah guru menyimpulkan semua permasalahan yang telah dialami. Selanjutnya guru melihat akan apa yang telah diperoleh dari pemahaman yang didapat oleh siswa itu disini. Guru melihat dari aspek keaktifan dan bersosialisasi terhadap apa yang telah ia pahami yang pada akhirnya dapat membuka suatu pengetahuan guru pada dirinya. Sebagai penambahan semangat belajar guru pada dirinya. Sebagai penambah semangat belajar guru memberikan suatu penghargaan berupa ucapan selamat kepada kelompok yang telah banyak memberikan masukan dan pendapatnya. Sehingga dengan pemberian ucapan kata-kata yang bagus dapat menggembirakan dan membuat siswa suka dengan pembelajaran matematika dan dapat meningkatkan respon yang lebih mengarah kepada peningkatan motivasi siswa tersebut untuk lebih rajin belajar lagi dan siswa itu dapat mempertahankan akan apa yang telah ia dapatkan melalui penguatan positif yang didapatnya oleh guru itu.
2.4.3 Kelebihan
Pembelajaran dengan kooperatif pada intinya dapat meningkatkan kepekaan kita kepada orang lain. Maka kelebihanya adalah:
1. Adanya suatu kerjasama yang baik diantara siswa dalam memecahkan permasalahan yang ada dengan membebaskan siswa tersebut dalam mengemukakan pendapat dan ide-idenya.
2. Dapat membantu para siswa untuk meningkatkan sikap positif dalam pembelajaran matematika
3. Dapat membuat siswa untuk menerima setiap pendapat lain dari siswa lain sehingga mengurangi rasa minder akan siswa yang kurang pengetahuannya.